BANDA ACEH | GENTAPOST.COM – Nama Dr. Teungku Hasan Muhammad di Tiro lekat di hati masyarakat Aceh sebagai tokoh sentral dalam perjuangan identitas dan kedaulatan daerah ini. Ia dikenal luas sebagai pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sekaligus deklarator yang mengangkat isu Aceh ke panggung internasional.
Lahir di Tiro, Pidie, Aceh, pada 25 September 1925, Hasan Tiro berasal dari keluarga ulama dan pejuang. Ia merupakan keturunan langsung dari Teungku Chik di Tiro, pahlawan nasional yang gigih melawan kolonialisme Belanda. Semangat juang itu diwarisinya, menjelma menjadi cita-cita besar memperjuangkan harkat dan martabat rakyat Aceh.
Hasan Tiro menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dan meraih gelar dari Columbia University, Amerika Serikat. Fasih dalam berbagai bahasa asing, ia dikenal bukan hanya sebagai pejuang, tetapi juga sebagai intelektual dan penulis produktif. Karyanya membentang dalam bidang hukum internasional, sejarah perjuangan bangsa, dan hak-hak penentuan nasib sendiri.
Puncak ketokohan Hasan Tiro terjadi pada 4 Desember 1976, ketika ia secara resmi memproklamasikan kemerdekaan Aceh di Gunung Halimun, Pidie. Peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah panjang perjuangan Aceh. Setelah deklarasi itu, ia mengasingkan diri ke Swedia selama lebih dari dua dekade, dan dari sana terus menyuarakan aspirasi Aceh melalui jalur diplomasi dan advokasi internasional.
Meski identik dengan perjuangan bersenjata, peran Hasan Tiro dalam proses damai juga tak kalah penting. Ia menjadi simbol rekonsiliasi dalam perdamaian Helsinki tahun 2005, yang mengakhiri konflik panjang antara GAM dan Pemerintah Republik Indonesia. Setahun sebelum wafat, ia kembali ke tanah kelahiran—disambut dengan penghormatan dan haru oleh rakyat Aceh.
Dr. Hasan Tiro wafat di Banda Aceh pada 03 Juni 2010, dalam usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Komplek Pemakaman Wali Nanggroe di Lam Teungoh, Aceh Besar. Sebagai penghormatan tertinggi, ia dianugerahi gelar Paduka yang Mulia Wali Nanggroe Aceh, menegaskan posisinya sebagai tokoh sentral dalam sejarah dan identitas Aceh modern.
Dalam haul ke-15 yang digelar untuk mengenang wafatnya, masyarakat Aceh kembali menelusuri jejak perjuangan dan pemikiran sang deklarator.
“Beliau bukan hanya pejuang, tapi juga pemikir dan negarawan. Warisan pemikiran dan semangatnya masih hidup hingga hari ini,”ujar Tgk Sarjani, yang juga dikenal sebagai Imum Jon, Panglima Sagoe Tgk Chiek di Samakurok sekaligus anggota DPRA Fraksi Partai Aceh.
Imum Jon menekankan bahwa Dr. Hasan Tiro bukan sekadar tokoh politik, tetapi bapak ideologi Aceh modern yang menyatukan semangat rakyat dari berbagai lini.
“Hasan Tiro mengajarkan kita tentang prinsip, harga diri, dan konsistensi dalam perjuangan. Ia tidak pernah mengkhianati rakyat Aceh, bahkan ketika harus hidup dalam pengasingan selama lebih dari 25 tahun. Beliau hidup sederhana, namun pemikirannya melampaui zaman,”ungkapnya Imum Jon.
Ia menambahkan bahwa semangat dan perjuangan Hasan Tiro harus diwariskan dalam bentuk komitmen terhadap damai, keadilan, dan identitas Aceh yang bermartabat.
Kini, warisan Hasan Tiro tak hanya hidup dalam lembaran sejarah, tetapi juga dalam jiwa kolektif rakyat Aceh yang terus menjaga jati diri dan haknya di tengah dinamika bangsa dan dunia. [Ms]