Banda Aceh – Wali Nanggroe Aceh, Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, menghadiri Eastern Economic Forum (EEF) ke-10 yang berlangsung di Vladivostok, Federasi Rusia, pada 4–5 September 2025. Forum ini menjadi wadah strategis bagi para pemimpin dunia untuk membahas peluang investasi di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Dalam forum internasional ini, Wali Nanggroe berpartisipasi dalam sesi bertajuk “The Greater Eurasia Business: New Paradigm for the Continent’s Development” yang membahas prospek investasi dan hubungan ekonomi di kawasan Eurasia.
Wali Nanggroe menjelaskan bahwa Aceh memiliki posisi strategis di jalur perdagangan internasional Selat Malaka. Potensi besar Aceh, menurutnya, meliputi sektor energi, perikanan, pertanian, pariwisata, dan sumber daya alam yang melimpah.
“Sebagai daerah yang berada di ujung barat Indonesia, Aceh memiliki daya tarik besar. Selain kekayaan alam, Aceh juga menyimpan sejarah, budaya, dan kearifan lokal yang unik sehingga dapat menjadi magnet bagi investor internasional,” ujar Wali Nanggroe.
Ia juga menekankan pentingnya investasi di sektor energi terbarukan, industri hilirisasi, serta kerja sama dalam pengembangan infrastruktur dan teknologi. Aceh, katanya, siap membuka ruang dialog dengan berbagai investor untuk membangun pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Selain itu, Wali Nanggroe mengajak investor untuk meninjau potensi pariwisata Aceh, mulai dari panorama laut, pegunungan, hingga jejak sejarah peradaban Islam yang menjadikan Aceh sebagai Serambi Mekkah.
“Kami mengundang investor dari Rusia dan negara-negara lainnya untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Aceh adalah pintu gerbang strategis bagi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara,” pungkasnya.