TAKENGEN – Masyarakat Desa Buge Ara, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, kembali menggelar tradisi adat Tulak Bele pada Selasa, 8 Juli 2025. Kegiatan doa bersama ini berlangsung khidmat di tengah perkebunan milik warga, sebagai bentuk permohonan agar desa dijauhkan dari berbagai bentuk bala dan musibah, sekaligus ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan.
Tulak Bele merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Gayo yang diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, zikir, dan doa bersama tanpa adanya penyembelihan hewan. Kegiatan ini dipimpin oleh para tokoh agama dan dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemuda, tokoh adat, serta kaum ibu.
Menurut Tgk. Mus, tokoh agama setempat, pemilihan lokasi di kebun warga mencerminkan ikatan kuat antara manusia dan alam.
“Doa yang dilakukan di kebun ini adalah bentuk syukur dan harapan agar desa ini aman dari bencana dan hasil bumi terus membawa keberkahan,” ujar Tgk. Mus pada 09 Juli 2025.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Koperasi Merah Putih, Satria Budi, SKM., MKM., yang turut hadir dalam kegiatan tersebut. Ia menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal seperti Tulak Bele sebagai bagian dari pembangunan masyarakat desa yang berlandaskan nilai budaya dan spiritual.
“Tradisi Tulak Bele ini bukan hanya doa bersama, tapi juga bentuk kepedulian sosial, pelestarian budaya, dan wujud cinta terhadap kampung sendiri. Ini bagian dari jati diri masyarakat Buge Ara,” ungkap Satria Budi.
Acara Tulak Bele tahun ini menjadi momentum mempererat silaturahmi dan memperkuat semangat gotong royong di tengah masyarakat. Warga berharap tradisi ini terus diwariskan kepada generasi muda sebagai warisan budaya yang sarat makna.