JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto berlutut saat memberikan penghargaan Tanda Kehormatan berupa Bintang Jasa Utama kepada Teungku Nyak Sandang bin Lamudin di Istana Negara, Jakarta, Senin.
Sebagaimana keterangan yang diterima, pemberian Tanda Kehormatan tersebut sebagai bentuk penghargaan negara atas pengorbanan besar Teungku Nyak Sandang dalam sejarah perjuangan bangsa.
Suasana haru menyelimuti ruangan ketika Teungku Nyak Sandang hadir dengan kursi roda. Presiden Prabowo kemudian berlutut di hadapan Nyak Sandang untuk mengalungkan dan menyematkan tanda kehormatan.
Saat pembawa acara menyebutkan jasanya dalam pengadaan pesawat pertama Republik Indonesia, Seulawah RI-001, tepuk tangan meriah bergema dari seluruh hadirin, sebagai penghormatan atas pengorbanan yang diwariskan bagi Indonesia.
Dalam catatan sejarah, Teungku Nyak Sandang merupakan sosok penting di balik hadirnya Seulawah RI-001. Pada usia 23 tahun, ia berinisiatif menjual tanah dan emas miliknya.
Dana tersebut, bersama sumbangan masyarakat Aceh lainnya, kemudian diserahkan kepada negara dan dipakai oleh Presiden Soekarno untuk membeli pesawat yang kelak menjadi cikal bakal maskapai Garuda Indonesia.
Kehadiran Seulawah RI-001 bukan sekadar sarana transportasi, melainkan simbol kedaulatan bangsa yang baru merdeka. Dari Aceh, semangat solidaritas itu mengudara dan meneguhkan tekad rakyat Indonesia untuk berdiri sejajar dengan bangsa lain.
Penganugerahan yang diberikan Prabowo merefleksikan penghargaan negara kepada para putra bangsa yang berjuang tidak hanya dengan senjata, tetapi juga dengan pengorbanan nyata demi kedaulatan.
Teungku Nyak Sandang meninggalkan jejak abadi dalam sejarah penerbangan nasional. Diketahui, Presiden Prabowo menganugerahi Tanda Kehormatan kepada 141 tokoh, mulai dari Ketua DPR RI Puan Maharani, Mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso, hingga musisi Gombloh.
Pemberian Tanda Kehormatan yang merupakan rangkaian dari HUT Ke-80 Kemerdekaan RI tersebut dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo di Istana Negara Jakarta, Senin, dengan didahului menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta.
Para penerima tanda kehormatan itu berasal dari kalangan menteri, pejabat lembaga tinggi negara, pejabat pimpinan lembaga pemerintah dan non-kementerian, pejabat TNI dan Polri, WNI dengan latar belakang profesi, hingga budayawan.