Banda Aceh – Kombatan GAM Sagoe Malikussaleh daerah II wilayah Samudera Pasee Misbahul alis Marcos mempertanyakan kondisi kesepakatan perdamaiaan Aceh terasa jalan ditempat dan belum berdampak luas terhadap kondisi masayarakat secara sosial ekonomi.
Marcos dalam keterangan nya “Kami menantang Saudara Juha Cristensen dan Uni Eropa terkait perdamaian Aceh yang tak kunjung selesai 20 tahun lamanya.
Kami mendesak Juha Cristensen dan Uni Eropa untuk mengirimkan tim khusus untuk menyelesaikan poin-poin perdamaian dunia di Aceh yang masih mandek dan tidak dipenuhi oleh Indonesia sesuai dengan keinginan bersama dalam MoU Helsinki.
Para pihak yang telah mendapatkan Nobel perdamaian dunia di Aceh harus bertanggung jawab untuk merealisasikan proses ini. Jangan lepas tangan soal kondisi Aceh, karena dalam masa 10 tahun kedepan kita tidak bisa memprediksi kondisi Aceh, apalagi dengan jika Indonesia yang tidak ikhlas dengan pelaksanaan point point Mou Helsinki .
“Ingin kami sampaikan bahwa Indonesia masih mencaplok-caplok hasil alam Aceh baik di darat maupun di laut, mereka pura-pura bodoh terkait poin MoU Helsinki dan PP. No.23 tahun 2015.
Marcos menegaskan ” Kalau ini terus dilakukan tanpa jelas bagi hasil nya maka besar kemungkinan Nobel yang anda terima itu harus di kembalikan kepada perserikatan bangsa-bangsa (PBB) di New york”Ungkapnya.
“Kami juga berharap Juha Cristensen dan Uni Eropa untuk membuat langkah-langkah konkret untuk membentuk tim dari Uni Eropa agar tahapan fase baru perdamaian Aceh berjalan semestinya.”
“Pak Juha Cristensen jangan main api dengan Aceh, kami punya wilayah, bangsa, bahasa, sejarah bahkan kami punya bentuk pemerintahan monarki yang harus di hargai.
Jika Juha Cristensen dan Uni Eropa tidak turun tangan untuk mempercepat proses merealisasikan poin-poin perdamaian dunia di Aceh maka kami akan ambil jalan lain, jalan yang ditakuti oleh semua pihak.”Tutup Marcos. [Muhammad Jafar]