GENTAPOST.COM – Dalam kehidupan yang serba cepat dan kompetitif ini, banyak orang berlomba untuk tampak lebih unggul. Namun, pepatah lama kembali mengingatkan kita, “Umumnya manusia seperti padi di sawah; ada yang menunduk tapi berisi, dan ada juga yang kosong tapi meninggi.”
Perumpamaan itu sederhana, tetapi sarat makna. Padi yang berisi menunduk, melambangkan manusia berilmu dan berpengalaman yang tetap rendah hati. Sementara padi yang kosong berdiri tegak, menggambarkan mereka yang merasa tinggi padahal tak memiliki isi.
Rendah hati bukan tanda kelemahan, tetapi wujud kedewasaan dan kebijaksanaan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seseorang bersikap tawaduk karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.”(HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa kerendahan hati justru mengangkat derajat manusia, bukan merendahkannya.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menulis bahwa ilmu sejati adalah yang melahirkan akhlak. “Ilmu tanpa adab bagaikan pohon tanpa buah,” tulis sang Hujjatul Islam itu.
Senada dengan itu, Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga berpesan, “Rendahkan dirimu kepada orang lain meski engkau lebih tinggi derajatnya. Sebab keangkuhan hanya pantas bagi Tuhan.”
Dalam kehidupan sosial dan profesional, nilai ini tetap relevan. Mereka yang berisi, biasanya tak banyak bicara tentang dirinya. Mereka bekerja dalam diam, memberi manfaat tanpa mencari sorotan.
Dari sawah kita belajar: padi yang tumbuh tinggi belum tentu berisi, tetapi yang menunduk pasti memberi hasil. Demikian pula manusia; semakin dalam pengetahuannya, semakin besar rasa syukurnya, dan semakin rendah ia di hadapan sesama. []









