GENTAPOST.COM – BIREUN | Sore hari, banyak orang menikmati keindahan pantai—menyaksikan semburat merah di ufuk barat saat matahari perlahan tenggelam. Momen itu dikenal sebagai sunset, pemandangan yang menenangkan dan memanjakan mata. Namun, tidak hanya senja yang mempesona. Fajar pun menyimpan panorama luar biasa. Ketika mentari baru menampakkan diri, sunrise menghadirkan suasana penuh kesejukan dan ketenangan.
Pagi adalah waktu yang sarat keberkahan. Udara yang segar, suasana yang damai, dan semangat yang baru menjadikan pagi sebagai momen ideal untuk berolahraga, berjalan santai, atau memulai aktivitas penuh makna. Karena itu, sangat disayangkan jika seseorang justru memilih bermalas-malasan di waktu yang penuh berkah ini. Terlebih lagi, menjelang subuh — sepertiga malam terakhir — merupakan waktu yang sangat istimewa.
Pada saat itu, para ulama dan pemimpin bermunajat memohon petunjuk Ilahi. Para penulis menyalurkan ide-ide yang lahir dari kedalaman hati. Para orang tua berdoa agar dimudahkan dalam memperjuangkan keluarga dan mendidik anak-anak menuju ridha Allah. Para pendidik memohon bimbingan agar mampu mencetak generasi penerus yang berakhlak dan berilmu. Maka tak heran jika Islam menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam di sepertiga yang terakhir dengan salat tahajjud dan doa penuh harap hingga datang waktu subuh, lalu bergegas mencari rezeki yang halal.
Perjalanan di Ujung Malam
Pada pagi buta itu, kami menempuh perjalanan panjang dari Samalanga, Bireuen menuju Banda Aceh. Tiga orang dari kami berangkat sebagai perwakilan UNISAI Samalanga untuk menghadiri pelatihan penulisan proposal penelitian ilmiah yang diselenggarakan oleh Kopertais Wilayah V Aceh. Dalam perjalanan, kami juga menjemput dua rekan di wilayah Pidie Jaya.
Kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan proposal penelitian yang nantinya dikembangkan menjadi laporan riset dan artikel ilmiah yang dipublikasikan secara daring. Artikel ilmiah merupakan kontribusi nyata para dosen dan peneliti bagi kemajuan masyarakat dan negeri.
Kini, bacaan ilmiah bisa diakses dengan mudah kapan pun dan di mana pun—di warung kopi, di rumah, atau saat bersantai bersama keluarga. Inilah manfaat besar dari kemajuan teknologi digital. Namun, sayangnya, banyak di antara generasi muda justru terjebak dalam penggunaan gadget yang tidak produktif. Waktu mereka habis untuk bermain gim, bersosialisasi tanpa batas, atau mengakses hal-hal yang tak bermanfaat.
Sungguh ironis, ketika kemajuan memberi begitu banyak kemudahan, namun justru disia-siakan tanpa nilai guna.
Peran Bersama dalam Menyikapi Kemajuan
Dalam situasi ini, peran orang tua menjadi sangat penting. Mereka perlu memahami kapan anak-anak sebaiknya diperkenalkan pada teknologi dan bagaimana mengatur waktu penggunaannya. Orang tua juga harus ikut beradaptasi dengan kemajuan zaman agar dapat membimbing generasi muda menghadapi tantangan masa depan.
Demikian pula para pendidik. Langkah-langkah seperti membatasi bahkan melarang penggunaan gadget di sekolah merupakan upaya positif dalam menjaga fokus dan karakter peserta didik. Meski demikian, siswa tetap perlu diperkenalkan pada teknologi agar dapat memanfaatkannya untuk tujuan ilmiah dan edukatif.
Penggunaan gadget seharusnya menjadi sarana menambah wawasan, membaca karya-karya ilmiah, atau bahkan menciptakan konten yang bermanfaat bagi masyarakat. Hiburan tetap diperbolehkan, asalkan tidak melalaikan kewajiban dan tidak menabrak nilai-nilai syariat.
Alhamdulillah, perjalanan kami akhirnya tiba di tujuan. Tulisan singkat yang lahir dari perjalanan di pagi buta ini semoga bisa menjadi renungan, pengisi waktu luang, dan pengingat akan pentingnya memanfaatkan setiap detik dengan hal-hal yang bernilai.