GENTAPOST.COM – BIREUEN | Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek, Kabupaten Bireuen, menggelar Lomba Menulis Resensi Buku (LMRB). Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya menumbuhkan budaya literasi di kalangan santri sejak dini.
Acara yang diinisiasi oleh Bagian Perpustakaan Dayah itu dipimpin oleh Tgk. Fakhrurrazi, M.Sos selaku ketua, bersama dua anggota sekaligus panitia pelaksana, Tgk. Yuda Alfitra, S.Sos dan Tgk. Riezki Batuah, S.Pd. Perlombaan diikuti oleh santri dari berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari jenjang SMP, SMK, hingga mahasiswa yang menempuh pendidikan di lingkungan dayah tersebut.
Melalui kegiatan ini, para santri diberi ruang untuk mengekspresikan kemampuan mereka dalam membaca, memahami, dan mengulas buku secara kritis, kemudian menuangkannya dalam tulisan yang mencerminkan kedalaman berpikir dan kepekaan analisis.
“ Kami sangat bangga dengan semangat para santri yang berani menulis dan menyampaikan pandangan mereka terhadap buku yang dibaca. Ini bukti bahwa budaya literasi dapat tumbuh subur di lingkungan pesantren apabila diberi ruang dan kesempatan,” ujar Tgk. Yuda Alfitra saat menutup acara.
Panitia menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta serta dukungan dari pengurus dayah, dewan guru, dan para pembimbing. Dukungan bersama dinilai menjadi kunci keberhasilan kegiatan tersebut. “Semoga kegiatan literasi ini dapat terus berlanjut dan menjadi agenda rutin setiap tahunnya,” tambah Tgk. Riezki Batuah.
Dalam kesempatan yang sama, Tgk. Mahmudi Hanafiah, S.H., M.H., mewakili pihak Perpustakaan Dayah, menegaskan pentingnya menumbuhkan tradisi menulis sebagai bagian dari penguatan tradisi intelektual Islam.
“Menulis adalah ibadah intelektual. Santri tidak hanya dituntut memahami teks klasik, tetapi juga menafsirkan dan mengaitkannya dengan konteks kekinian. Dengan begitu, ilmu tidak berhenti di ruang kelas, tetapi terus hidup melalui tulisan,” jelasnya.
Tgk. Mahmudi juga mengutip pepatah Arab Qalilun mustamir khairun min katsirin munqathi — sedikit tetapi berkelanjutan lebih baik daripada banyak namun terputus. Ia menilai, membangun budaya literasi membutuhkan proses panjang dan konsistensi. “Jika setiap tahun santri menulis satu resensi, maka dalam beberapa tahun akan lahir penulis muda pesantren yang mampu bersaing di ruang publik,” katanya.
Lebih jauh, ia menyoroti tantangan era digital dan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menuntut kemampuan literasi tinggi. “AI memang memudahkan manusia, tetapi tanpa literasi yang baik, orang bisa terjebak dalam penyebaran hoaks. Karena itu, kemampuan menulis berbasis pemikiran kritis dan nilai-nilai Islam menjadi sangat penting,” tegasnya.
Tgk. Mahmudi pun mengajak para santri menjadikan tulisan sebagai sarana dakwah modern. “Menulislah agar namamu tetap bersemi, meskipun jasadmu telah bersemayam di perut bumi,” ujarnya, menutup sambutan dengan pesan yang menyentuh.
Kegiatan LMRB mendapat sambutan hangat dari seluruh elemen dayah dan masyarakat sekitar. Banyak pihak berharap lomba semacam ini dapat terus digelar secara berkelanjutan karena terbukti memacu semangat belajar dan kreativitas santri.
Melalui kegiatan ini, Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek menegaskan komitmennya menghadirkan pendidikan yang menyeimbangkan tradisi keilmuan klasik dengan semangat intelektual modern. Di tengah derasnya arus digitalisasi, pesantren diharapkan tetap menjadi pusat pengembangan ilmu dan literasi yang tidak hanya berorientasi pada hafalan, tetapi juga pada pemikiran, penulisan, dan penyebaran gagasan.
Acara ditutup dengan pembacaan doa dan penyerahan penghargaan kepada para peserta terbaik. Semangat menulis para santri diharapkan menjadi awal lahirnya generasi penulis muda pesantren yang berakhlak, berilmu, dan berpengaruh di tengah masyarakat. [Mrd]








