Lhokseumawe – Almira Keumala Ulfah, M.Si., Ak., CA., ASEAN CPA, akademisi dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, dipercaya menjadi session chair dalam International Conference on Digital, Social, and Science (ICoDSS) 2025 yang digelar secara daring pada 17 Juli 2025.
ICoDSS 2025 merupakan konferensi internasional yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh PT Ebiz Prima Nusa. Kegiatan ini mengangkat tema “Building Digital Transformation, Social Impact, and Scientific Excellence for Sustainable Growth.” Konferensi diikuti oleh akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara yang hadir untuk membahas isu-isu lintas bidang terkait teknologi digital, dampak sosial, serta keilmuan interdisipliner.
Sebagai session chair, Almira memimpin jalannya salah satu sesi paralel, mengatur dinamika diskusi, dan memfasilitasi interaksi antara pembicara dan peserta. Peran ini biasanya diberikan kepada figur akademik yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan forum ilmiah, sekaligus kapabilitas dalam memfasilitasi pertukaran gagasan di tingkat global.
“Diskusi yang berlangsung sangat dinamis dan membuka banyak perspektif lintas bidang. Peran sebagai session chair memberi saya kesempatan untuk terlibat langsung dalam arus wacana ilmiah yang sedang berkembang,” ujar Almira saat dihubungi usai konferensi.
Konferensi ini menyuguhkan beragam topik, mulai dari transformasi digital di sektor publik, inovasi sosial berbasis data, hingga tantangan pengembangan riset multidisipliner di era post-pandemi. Meski dilaksanakan secara virtual, konferensi tetap berhasil menyatukan banyak perspektif melalui pemanfaatan teknologi komunikasi interaktif.
PT Ebiz Prima Nusa menyatakan bahwa ICoDSS dirancang sebagai forum terbuka yang menghubungkan pemikiran-pemikiran kritis dari akademisi dan praktisi, sekaligus mempertemukan sektor pendidikan tinggi dan dunia industri.
Keterlibatan Almira menjadi bagian dari tren positif meningkatnya partisipasi dosen-dosen Indonesia dalam forum global. Hal ini menunjukkan adanya ruang yang terus terbuka bagi kontribusi akademik dari kampus-kampus nasional dalam membentuk percakapan ilmiah internasional.